Di semenanjung Arab pada 1930-an, dua pemimpin yang berperang berhadapan muka. Nesib yang menang, Emir Hobeika, membereskan persyaratan damai untuk menyaingi Amar, Sultan Salmaah. Kedua lelaki itu setuju bahwa tidak ada yang bisa mengklaim wilayah tanah tanpa manusia di antara mereka yang disebut sabuk kuning. Sebagai imbalannya, Nesib mengadopsi dua anak laki-laki Amar Saleeh dan Auda sebagai jaminan terhadap invasi. Dua belas tahun kemudian, Saleeh dan Auda telah tumbuh menjadi pria muda. Saleeh, prajurit, Gatal-gatal untuk melarikan diri dari kandangnya yang disepuh dan kembali ke tanah ayahnya. Auda hanya peduli untuk buku dan pengejaran pengetahuan. Suatu hari, ayah adopsi mereka Nesib dikunjungi oleh seorang Amerika dari Texas. Dia mengatakan kepada Emir bahwa tanahnya diberkati dengan minyak dan menjanjikan kekayaannya di luar imajinasi terliarnya. Nesib membayangkan bidang kemungkinan tak terbatas, kerajaan dengan jalan, sekolah dan rumah sakit semua dibayar oleh emas hitam di bawah pasir tandus. Hanya ada satu masalah. Minyak mulia terletak di sabuk kuning.
We have detected that you are using extensions to block ads. Please support us by disabling these ads blocker.
Komentar